Narkoba Tetap Menggila, Salah Siapa? - DAILYSATU | PUSAT BERITA TERKINI & TERUPDATE

Breaking

Post Top Ad

test banner

Post Top Ad

test banner

Senin, 25 Desember 2017

Narkoba Tetap Menggila, Salah Siapa?


DAILYSATU.COM Terletak di Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta, Diskotek MG International Club seperti gedung mati. Tak ada lagi hiruk-pikuk keramaian pengunjung yang datang untuk bersenang-senang di akhir pekan.

Warna-warni lampu yang biasanya meningkahi kegelapan, tadi malam tidak bersinar. Para lelaki teler yang berjingkrak-jingkrak dan wanita cekikikan juga tak terlihat lagi.
Tempat hiburan ini, sejak Senin (18/12) sudah resmi ditutup oleh Pemerintah DKI Jakarta setelah aparat Badan Narkotika Nasional (BNN) mengobrak-abrik sarang narkoba di sini sehari sebelumnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tak memberi ampun, dan mencabut izin Diskotek MG International. “Tidak ada kompromi,” katanya kepada wartawan.
Seluruh pengunjung diskotek pada malam itu yang berjumlah sekitar 120 orang, diketahui mengkonsumsi narkoba. Informasi dari BNN, tempat hiburan ini memang didedikasikan untuk pesta terlarang.

Bahkan aparat sampai menemukan laboratorium narkoba di lantai empat diskotek. Lima orang pengedar dan koordinatornya, Samsul Anwar alias Awank sudah ditangkap. Sedangkan penanggung jawab disekotek, Agung Ashari alias Rudi, masuk daftar buronan.
Cerita penggerebekan itu laksana satu kerikil dari rangkaian bisnis narkoba yang sudah berlangsung lama. Hingga kini, mata rantai peredaran narkoba belum terputus. Pasokannya mengalir masuk ke dalam negeri dari berbagai pintu masuk.

Indonesia memiliki pangsa pasar yang sangat menggiurkan bagi mafia. "Konsumsi narkoba di Indonesia paling hebat, mencapai 200-300 ton per tahun," kata Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso.

Karena itu, mafia pengedar narkoba masuk ke Indonesia dengan cara gila-gilaan. Sebagai contoh, pada Juli 2017, narkoba jenis sabu-sabu seberat satu ton sampai diangkut dengan Kapal pesiar Wanderlust yang berlayar dari Taiwan.

Jelas tak mudah mengungkap siapa dedengkot pengirim narkoba sekapal yang sudah pasti dijalankan para penjahat lintas negara. Budi Waseso sekalipun --yang terkenal tegas dalam menindak perkara narkoba--, hanya bisa mengangkat bahu ketika ditanya kemungkinan mengungkap mafia narkoba sekapal itu.

Menghadapi kejahatan dalam lingkaran narkoba ini, polisi tak bisa cuma mengandalkan nyali, dan senjata yang didukung regulasi. Para mafia narkoba itu juga memiliki nyali dan senjata, dan didukung kemampuan finansial yang tak terbatas.

Kekuatan finansial inilah --yang tidak dimiliki aparat penegak hukum—membuat mereka mudah dalam bergerak. Termasuk menjinakkan oknum aparat, dan merekrut pengedarnya dengan bayaran yang menggiurkan.

Itu pula sebabnya mereka mampu membeli kapal pesiar untuk mengantar narkoba antarnegara. Bahkan, jika ada peluang mereka akan membangun pabriknya sekalian lalu membuka jaringan pasarnya.

Di Indonesia sudah sering kali ditemukan pabrik-pabrik narkoba. Termasuk dalam skala besar di Jalan Hasyim Asyari, Cipondoh, Tangerang. Pabrik yang mampu memproduksi 150 ribu butir ekstasi per hari. Polisi membongkar kasus ini pada 8 April 2002. Pemiliknya, Ang Kim Soei, ditangkap dan diganjar hukuman mati pada 2003.

Dua tahun kemudian, polisi kembali membongkar pabrik ekstasi di Kampung Kandang Sapi di Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga, Bogor, Jawa Barat, yang serangkaian dengan sebuah rumah di Kompleks Greenvile, Tanjungduren, Jakarta Barat. Pemiliknya, Philip Wijayanto alias Hans Philip, tewas ditembak.

Memang setelah dua pabrik ini digerebek polisi, peredaran ekstasi di pusat-pusat hiburan Jakarta sempat menurun drastis. Namun, belum menghentikan peredarannya –terutama di pusat-pusat hiburan malam-- hingga sekarang.

Setelah pemberangusan pabrik-pabrik ekstasi itu, ekstasi masih beredar di diskotek. Misalnya, Diskotek Stadium di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, yang resmi ditutup pada 19 Mei 2014.

Penutupan dilakukan karena peredaran narkoba di kelab malam 24 jam itu sudah mengkhawatirkan.

Bahkan, seorang polisi Bripda Jacky Vay Gumerang, anggota Polres Minahasa Selatan, Sulawesi Utara itu tewas overdosis saat dugem di sini. Peristiwa inilah yang menjadi pemicu penutupan Stadium.

Hingga kemudian ditemukannya laboratorium narkoba di Diskotek MG International. Tak menutup kemungkinan, masih ada tempat hiburan malam yang sekaligus menjadi pasar narkoba. Sepanjang permintaan masih ada, maka pasokan tetap jalan.
Karena itu, Budi Waseso tak bisa menjamin negara ini terbebas narkoba. Jika mencari titik masalahnya pun seperti mencari ketiak ular.

Bahkan, ketika wartawan DAILYSATU.COM mewawancarai Budi Waseso, sejumlah polisi sedang mengintai peredaran narkoba di kalangan artis. Lalu, penyidik Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya menangkap aktor senior Tio Pakusadewo di Jalan Ampera, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (19/12). Bersamanya disita sabu-sabu seberat 1,06 gram.

Budi Waseso mengatakan untuk memberantas narkoba haruslah atas semangat bersama seluruh komponen masyarakat, termasuk di dalam keluarga sendiri. “Kejahatan ini tidak bisa cuma ditangani BNN dan kepolisian saja,” katanya.
"Kita harus bersama-sama melakukannya. Kita harus punya daya tangkal dini orang per orang, baru masalah ini selesai."

Ia meminta masyarakat harus menyadari betapa besar ancaman narkoba ini. Jika ini terus dibiarkan maka jangan salahkan siapa-siapa, Budi Waseso bilang: “Kita semuanya patut disalahkan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

test banner